*Sebuah pengalaman penempatan
Long Bawan, sebuah kota yang berada di Kalimantan Bagian Timur sebelah Utara dan wilayahnya berbatasan darat dengan Malaysia. Untuk mencapai Long Bawan sendiri harus menggunakan 2 pesawat. Pertama dari Jakarta menuju Balikpapan untuk transit. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi menuju Tarakan. Sesampainya di Tarakan kita harus menggunakan pesawat perintis untuk mencapai Long Bawan. Karena memang tidak adanya jalan darat yang bisa mencapainya maka satu-satunya cara hanya dengan terbang.
Banyak yang bilang (tentunya yang lebih berpengalaman dan yang lebih tau dulu), penempatan Long Bawan “sedikit” berbeda dengan apa yang kita bayangkan. “Sedikit” berbedanya itulah yang menjadi Long Bawan tempat yang paling ditakuti. Mungkin karena keadaan yang serba kekurangan.
Disana terdapat Stasiun Meteorologi Yuvai Semaring Long Bawan. Stasiun meteorologi penerbangan lebih tepatnya. Lega awalnya mengetahui hal tersebut, namun setelah sampai sana ternyata itu adalah penerbangan kelas III hanya untuk pesawat-pesawat perintis.
Shock, kaget, sedih, dan kecewa. Itulah pertama kali yang dirasakan beberapa orang jika mendapatkan penempatan disana. Tapi mau bagaimana lagi kalau memang keadaan seperti itu adanya.
Persiapan mental dan batin pun harus ada, mulai dari tas hiking (bukan koper karena disana tidak ber-aspal) contohnya. Lokasi disana pun desa kecil seperti di daerah pegunungan. Penduduknya masih sedikit dan mayoritas non-muslim, hanya pendatang saja yang rata-rata muslim (ini salah satu pentingnya mempersiapka batin kita).
Tempat tinggal disana pun terjamin. Banyak rumah dinas yang kosong, karena pegawai yang sedikit. Penduduknya ramah. Senior yang berpengalaman disana pun mengaku sering berkumpul dengan warga.
Demi mengisi waktu yang sangat sangat sangat banyak yang kosong, memasak adalah salah satu hal yang menyenangkan. Pasalnya, memasak ramai-ramai bersama teman termasuk hal yang paling mengulur waktu. Listrik tidak ada , hiburan pun kandas. Jika ada uang, barulah mereka sesama pendatang main demi mengisi semangat menjalani hari-hari berikutnya.
Jangan dikira pengalaman berharga tidak didapat darisana. Banyak hal yang mengena dihati kata Senior. Kekompakan sesama pendatang serta tempat yang sangat menawan menjadi hal yang sangat terkesan. Disana masih alami, seperti air terjun, sawah-sawah, bentuk rumah yang masih aseli, budaya dan adat-istiadat juga masih sangat kental.
Saat ditanya siap atau tidak kembali kesana, “dia” (Senior, red) mengaku tidak siap. Memang kesannya berat untuk meninggalkan Long Bawan. Tapi untuk karir, lebih lambat menurutnya. Setidaknya untuk setahun – 2 tahun tidak masalah, kalau lebih dari itu tidak akan kuat, akunya.
Sebagai “the next generation” setelah kepulangan PKL, hal yang paling dirasakan pastinya lebih mandiri, lebih menghargai waktu, dan lebih bisa mensyukuri hidup. Sedikit pesan-pesan juga untuk para Junior yang nantinya akan mengalami penempatan, sedialah payung sebelum hujan. Setidaknya mengetahui keadaan bagaimana tempat penempatan atau PKL nantinya, sering-seringlah menghibur diri sendiri agar tidak stress, dan persiapan yang mantap termasuk mental dan batin. (lex/11)
No comments:
Post a Comment
Untuk kemajuan blog ini, kami akan sangat berterima kasih jika anda memberikan komentar