Siapa yang tidak mengenal Ir. Sri Woro B. Harijono, Msc. Mungkin sebelum kita masuk AMG belum mengenal nama ini. Di kalangan masyarakat pada umumnya tak banyak yang tahu sosok perempuan jawa yang lembut, tegas, dan feminin ini.
Wanita kelahiran Magelang, 5 Agustus 1951 ini menikah pada tahun 1979 dengan Ir. Harijono. Memiliki dua anak yang kini berprofesi sebagai dokter. Ibu dari Dneska Pandu (30 tahun) dan Andino (29 tahun) ini mempunyai se-jumlah pengalaman menarik sejak kecilnya. Pada saat SD be-liau memiliki hobi bernyayi. Hobi ini disalurkan dengan bergabung dalam band yang berisi anak-anak perempuan, namanya The Roses, yang dibuat oleh ayahanda beliau. Kemudian saat SMP dan SMA beliau bergabung dengan band Zainal Kombo. Beliau manggung di berbagai acara di Jakarta, Bandung dan Pelabuhan Ratu. Saat kuliah pun beliau aktif di Dewan Maha-siswa Bidang Kesenian, tetapi kegiatan menyanyi berhenti.
Saat SMP dan SMA beliau bergabung dengan band Zainal Kombo. Kami manggung di berbagai acara di Jakarta, Bandung dan Pelabuhan Ratu. Saat kuliah pun saya aktif di Dewan Mahasiswa Bidang Kesenian, tetapi kegiatan menyanyi saya sudah berhenti.
Masa sekolah beliau jalani di Bogor, mulai SD hingga menjadi mahasiswi S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil Mekanisasi Pertanian. Setelah lulus tahun 1975, beliau mendapat tawaran bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai Staf Divisi Advance Tech-nology Pertamina. Beliau mengurusi program hujan buatan, tentunya terkait dengan bidang iklim dan cuaca.
Beliau juga banyak terjun ke lapangan, mengurusi bagaimana upaya menambah air di berbagai waduk (reservoir), seperti Jati Luhur, Saguling, Cirata, hingga Kalimantan dan Soroako. Tahun 1978 saya menjadi Staf Pengem-bangan Kekayaan Alam, lalu pindah lagi ke Staf Inventaris Sumber Daya Alam. Mulai 1985 hingga 1999 menjadi Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPT.
Ketertarikan beliau tentang cuaca dan iklim dilakukan dengan mengikuti pelatihan Meteorologi dan Hidrofisika Cuaca di Jakarta. Lalu, meneruskan kuliah S2 di IPB mengambil Agroklimatologi dan lulus tahun 1996. Pada saat itu usia beliau sudah 45 tahun.
Setelah 24 tahun di BPPT, tahun 1999 Bu Woro sapaan akrabnya, memutuskan untuk pindah ke Kementerian Riset dan Teknologi (KRT). Selama hampir dua tahun di KRT, Bu Woro menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Iklim dan Cuaca.
Bidang itu masih ada kaitannya dengan Proyek Hujan Buatan yang pernah beliau kerjakan di BPPT. Lalu menjadi Deputi Menteri Bidang Program Riptek hingga tahun 2004.
Selesai di KRT, beliau loncat ke BMG. Selama setahun beliau menjadi Deputi Ketua BMG Bidang Sistem Data dan Informasi. Lalu Agustus 2005 hingga sekarang menjadi Kepala BMG.
Kesan Beliau terhadap kinerja BMKG “dikutip dari Tabloid Nova”:
“Banyak pihak menilai kinerja BMG lamban, tidak proaktif, dan reaktif dalam menangani gempa bumi dan tsunami kemarin. Infor-masi pun tidak tersebar dengan baik. Padahal kami sudah berupaya semaksimal mungkin. Kendalanya adalah cakupan Indonesia itu sangat luas. Sementara sistem komunikasi kita memang sangat lemah. Seharusnya itu disadari dan ditanggu-langi bersama. Kadang banyak masyarakat tidak mengerti itu. Masyarakat juga tidak bisa terima, tidak percaya, langsung mengkritik, bahkan mencaci maki. Padahal yang harus di-tanamkan adalah, bagaimana harus memahami secara sadar dan terus siaga. Diperlukan kerjasama dengan instansi terkait untuk melakukan latihan evakuasi secara berkala. Contoh saja Hawaii yang juga berpotensi tsunami, tiap sebulan sekali rutin mengadakan latihan evakuasi.
Sampai-sampai selama kejadian gempa dan tsunami kemarin saya tak bisa tidur pulas. Kacamata dan hand-phone selalu stand by. Kalau ada panggilan atau sms, langsung jantung terasa mau copot. Kadang rasanya jenuh sekali. Akan tetapi, sejauh ini bisa saya atasi. Namanya bekerja pasti ada suka dukanya. Tidak bisa diprediksi juga, seperti halnya gempa. Saya tetap saja bekerja semaksimal mungkin. Saya berpikir, dari berbagai duka itu kita merasa tertimpa, tertempa, harus kembali bangkit, dan mendapat apresiasi.”
Pada tanggal 11 Oktober 2008 beliau memperoleh pengghargaan MURI atas rekornya sebagai wanita Indonesia pertama yang berhasil lulus menjadi sarjana Agro Metrologi dan merupakan wanita Indonesia pertama yang menjabat sebagai Kepala Badan Meteorologi & Geofisika.
mantap deh,,,
ReplyDeleteklo mw hubungi ke blog Q gmn????
maksudnya, menghubungkan gimana????
ReplyDeletekreatif... :)
ReplyDeleteusul saya di bagian forecast kalo bisa pakai produk bmkg aja... klo qta udah ga terbiasa pke produk sendiri gmn orang lain mau percaya..hehe
salam meteo42... ;)
bmg punya widget praktisnya ngga??? itu yang lom kami dapat
ReplyDeletenitip kuis yah
ReplyDeletePertanyaan di bawah ini sebenarnya diajukan kepada para peserta Sekolah Lapang Iklim (SLI) dimana pesertanya adalah para penyuluh pertanian yang sama sekali tidak berlatar belakang meteorologis. Tetapi ironisnya ternyata banyak panitia yang sebenarnya pakar metorologis malah ikut salah memberi jawaban.
http://www.climate4life.info/2016/01/meterologispun-banyak-yang-salah.html