Friday 20 January 2012

Bersekutu Menutup Lubang Ozon

Bersekutu Menutup Lubang Ozon

Warga dunia kembali memeringati Hari Ozon Internasional pada tanggal 16 September 2008. Tema yang diangkat pada peringatan ozon tahun ini adalah, “Protokol Montreal: Kerja sama Global untuk Kemanfaatan Global.” (Montreal Protocol: Global Partnership for Global Benefits). Tema ini menjadi menarik, sebab ada kata “partnership” yang mengutamakan pendekatan kesejajaran dan kerjasama antarnegara dalam melindungi ozon. Lalu, seberapa besar peran nyata Indonesia dalam melaksanakan Protokol Montreal tersebut? Benarkah mulai menutupnya lubang ozon menjadi penanda  keberhasilan program perlindungan ozon yang telah dijalankan serentak di seluruh dunia sejak 1987?

Lubang Ozon Menutup?

Ada hal yang cukup menggembirakan kala mencermati keadaan lubang ozon di Kutub Selatan selama sepuluh tahun terakhir. Data lubang ozon di Kutub Selatan (Satelit NOAA, Amerika Serikat) pada awal musim panas yaitu 5 Agustus menunjukkan bahwa pada tahun 2006  lubang ozon memiliki luas sekitar sepuluh juta kilometer persegi. Pada tanggal yang sama tahun 2007, lubang ozon kian menyusut menjadi tujuh juta kilometer persegi. Lubang ozon bahkan menutup sempurna pada 5 Agustus 2008.

Sementara data rata-rata sepuluh  tahun (1998-2007) memperlihatkan, lubang ozon memiliki luas tiga juta kilometer persegi pada 5 Agustus. Luas lubang ozon maksimal rata-rata mencapai sembilan juta kilometer persegi dan luas minimum adalah nol. Dengan kata lain, meski selama tiga tahun terakhir (2006-2008) lubang ozon cenderung mengecil, tapi nilai penurunannya belum signifikan.
Bagaimana keadaan lubang ozon selanjutnya di Bulan September? Pada 13 September 2008 tampak, lubang ozon  memiliki luas 24 juta kilometer persegi. Pada 2007 tanggal yang sama, lubang lubang ozon juga 24 juta kilometer persegi. Luasan ini masih lebih besar daripada tahun sebelumnya (2006) yakni sekitar 23 juta kilometer persegi. Bagaimana dengan tahun 1980?  Pada 1979-1983, selama Agustus hingga September, nyaris tidak ditemukan lubang ozon (nol kilometer). Baru pada 1984, lubang ozon mulai terbentuk, pada awal Agustus luasnya sekitar tiga juta kilometer persegi. Peningkatan luasnya dari waktu ke waktu setelah itu menjadi signifikan hingga sekarang. Fakta terbentuknya lubang ozon ini kemudian menyita perhatian dunia. Maka warga dunia berkongsi membuat suatu kesepakatan dan lahirlah Protokol Montreal.

Peran Indonesia

Protokol Montreal ditengarai telah berhasil mengurangi penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) hingga lebih dari 95 persen (Kementerian  Lingkungan Hidup, 2008). Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup melaksanakan Indonesia Country Programme sejak Februari 1994 dengan menyertakan berbagai pihak: pelaku industri pengguna BPO, asosiasi industri, lembaga pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi. Berdasarkan Country Programme, konsumsi BPO di Indonesia pada tahun 1992 adalah sebesar 6.567 ton, sekitar 0,03 kg per kapita tiap tahun. Indonesia termasuk dalam kelompok negara Artikel-5. Negara-negara yang tergolong dalam kelompok Artikel-5 masih diperbolehkan mengkonsumsi CFC dan Halon sampai tahun 2010. Akan tetapi  Pemerintah Indonesia telah menetapkan untuk mempercepat penghapusan CFC menjadi akhir tahun 1997 dan Halon pada akhir tahun 1996 (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008). Country Programme telah dilaksanakan dengan berbagai program, di antaranya: penguatan institusi dan koordinasi dengan pelaku industri, penerbitan aturan mengenai pembatasan dan pengawasan impor BPO, pemberlakuan insentif atau sebaliknya kepada pelaku industri yang dapat menghapus BPO, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ozon melalui seminar dan pelatihan, dan sebagainya (Keberhasilan Program Perlindungan Ozon, Kementerian Lingkungan Hidup, 2008). Namun, keberhasilan program ini masih  belum terukur secara nyata. Karena evaluasi program yang dibuat Kementerian Lingkungan Hidup hanya pada rentang 1992-2002. Setelahnya, publik tidak bisa menemukan data tersebut. Pada laporan tersebut juga tidak ditemukan kuantitas terukur mengenai program-program yang telah dijalankan. Sehingga masyarakat menemukan kesulitan untuk mengetahui sejauh mana peran nyata Indonesia dalam mengurangi konsumsi BPO. Terakhir, efektivitas Country Programme perlu ditinjau ulang mengingat program ini menyedot dana hibah dari Multilateral Fund yang tidak sedikit. Penggunaan istilah dana hibah tersebut juga menimbulkan kerancuan, sekaligus agak menyimpang dari tema Hari Ozon tahun ini yang mengedepankan kerjasama dan hubungan yang saling menguntungkan. Jangan sampai “bersekutu menutup lubang ozon” berubah menjadi “mengeruk untung dengan menutup lubang ozon.”

*) Penulis adalah Staf Peneliti Bidang Pemodelan Iklim Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

No comments:

Post a Comment

Untuk kemajuan blog ini, kami akan sangat berterima kasih jika anda memberikan komentar

Kategori Post

Aircraft (1) akselerograf terbaru amg (1) aktivitas pengamatan (2) aktivitas pengamatan awan (1) AMG (2) AMG 2011/2012 (1) angin (1) angkatan 2009 (1) Astronomi (1) awan (1) awan konvektif (2) badai guntur (1) badai matahari (1) Base Cloud (1) Bayong Tjasyono (1) Berita Synop Awan (1) bhakti sosial (1) BMKG (1) Boing Boing (1) Bulan kedua (1) catasthrophists vs. uniformists (1) cerpen (1) continous rain (1) cuaca (6) curah hujan (1) Dharma Wanita Persatuan BMKG (1) down draft (1) drizzle (1) Dunia (1) Ekinoks (1) Elektrometeor (1) endapan (1) endapan beku (1) english corner (2) fenomena cuaca (1) fisika atmosfer (1) fixists vs mobilists (1) fog (1) Fotometeor (1) free download (1) freezing drizzle (1) Funnel Cloud (1) Geokontroversi (1) Geologi (2) gerak semu matahari (1) Gerak Udara (1) GPS (2) gumpalan es (1) gusty (1) Hail (1) hari kulminasi matahari (1) hari ozon (1) Hari Tanpa Bayangan (1) haze (1) High Cloud (1) hujan (2) humor (1) hydrometeor (2) idiom (1) ikan salmon (1) iklim (1) Info Iptek AMG (6) Info Iptek Dunia (8) info lomba (3) Info meteorologi (5) Inspirasi (1) intensitas thunderstorm (1) intermitten rain (1) Iptek Amg Online (5) iptek dan jurnalistik (2) jaringan observasi sinoptik (1) jenis hujan (1) jenis thunderstorm (1) Kasubbag Administrasi Akademik dan Ketarunaan (1) keadaan cuaca (1) keadaan tanah (1) kelembaban udara (1) kimia (1) kimia atmosfer (1) kisah penempatan (1) kura-kura (1) LAPAN (4) laut (1) lingkup pengamatan (1) lokasi thunderstorm (1) Low Cloud (1) Ltometeor (1) Massa Udara (1) medan magnet (1) Medium Cloud (1) mengenal lebih dekat (1) meteorologi (12) meteorological observation network (1) mist (1) mop papua (1) motivation story (1) neptunists vs. plutonists (1) observasi cuaca (1) observasi sinoptik meteorologi (7) observasi synop dekat permukaan (1) observasi synop jauh dari permukaan (1) observasi synop permukaan (1) ospek (1) ospek dan madabintal (1) Output Pengamatan Awan (1) ozon (1) past weather (1) pelangi (1) pembentukan thunderstorm (1) Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (4) Penempatan Tugas (1) pengabdian (1) pengalaman (1) Pengamatan awan (2) Pengamatan cuaca (3) pengamatan observasi sinoptik (3) pengamatan sinopik (2) pengamatan synop (1) Pengertian awan (1) pengertian pengamatan (1) pengertian thunderstorm (1) penguapan (1) Pengumuman (1) penyematan (1) penyinaran matahari (1) peristiwa alam (1) Pertumbuhan Awan (1) peta magnetik (1) prec in sight (1) present weather (1) Profil (6) profil taruna (1) puisi (1) radiasi matahari (1) rain (1) reaksi kimia (1) Sains (1) sains atmosfer dan iklim (4) Satelit (1) satelit temporer (3) sekilas kampus (1) semangat (1) sensor magnet (2) Ship (1) shower rain (1) skala beaufort (1) smoke (1) Squall (1) stasiun pengamatan meteorologi (1) story (1) Suhu Awan (1) suhu udara (1) Surface (1) Taruna AMG (1) tekanan udara (1) thunderstorm (1) tornado (1) Troposfer (1) tugas akhir (1) tugas observer (1) turbulence (1) unsur cuaca (1) unsur-unsur meteorologi (1) violent (1) visibility (1) waktu pengamatan sinoptik (1) water spout (1) weather (2) wind shear (1) WMO (2) Wujud awan (1) young Earth vs. old Earth (1)