Tuesday 24 January 2012

ALL ABOUT "BADAI MATAHARI"

Aktivitas matahari beberapa hari ini memiliki kecenderungan menurun. Namun pada pertengahan 2013 aktivitasnya diprediksi meningkat dengan terjadinya banyak ledakan di matahari. Apa yang harus dipersiapkan untuk menghadapi badai matahari?
"Dampak secara langsung pada manusia memang tidak ada. Karena badai matahari berdampak pada sistem teknologi. Karena manusia secara umum menggunakan sistem teknologi berbasis antariksa, maka jadi rentan terhadap badai matahari," kata Profesor Riset Astronomi Astrofisika Thomas Djamaluddin, Selasa (27/9/2011).

Menurut dia, sistem komunikasi, penyimpanan data perbankan, layanan ATM dan navigasi dengan GPS kemungkinan besar akan terganggu saat badai matahari menerjang. Jauh hari sebelum ancaman peristiwa itu terwujud, manusia di Bumi harus bersiap-siap.
"Para operator satelit tentu punya langkah antisipasi. Selain itu para pengguna jasa satelit juga harus punya back up," sambung Djamaluddin.
Dia menjelaskan, ledakan di matahari terakhir yang dipantau LAPAN terjadi pada 22 dan 24 September lalu. Skala ledakannya X1 atau tergolong kuat menengah. Kendati demikian tidak ada dampak yang terlalu berarti.
"Kejatuhan satelit UARS beberapa hari lalu ke Bumi juga dipecepat oleh ledakan di matahari. Ledakan ini membuat atmosfer lebih rapat, sehingga pengereman akan UARS lebih cepat," lanjut almunus Universitas Kyoto Jepang ini.
Saat ledakan terjadi di matahari, yang paling merasakan gangguan adalah satelit. Karena itu para operator satelit harus mewaspadai operasional satelit.
"Juga gangguan geomagnet. Survei geologi yang memanfaatkan data geomagnet harus diwaspadai. Selain itu juga untuk komunikasi radio gelombang pendek yang memanfaatkan ionosfer. Bisa terjadi blackout. Kalau ionosfer rendah, maka tak memantulkan gelombang radio jauh," jelas Djamaluddin.
Tingkat kewaspadaan akan badai matahari, imbuhnya, terutama ditujukan untuk wilayah Eropa, Kanada dan Amerika. Sebab dalam kondisi tertentu bisa menimbulkan induksi listrik pada jaringan listik jarak jauh.
"Sering kali menimbulkan peningkatan listrik pada trafo sehingga timbulkan terbakarnya trafo. Ini pernah terjadi di Quebec, Kanada pada 1989 dan di Swedia pada tahun 2000-an," terangnya.
Ketika terjadi ledakan di matahari dan terlontar material, belum tentu arah material itu ke Bumi. Arah lontaran materi tidak bergerak lurus karena matahari berputar, dan arahnya seperti bentuk pusaran air. Karena itu lontaran material tidak langsung mengarah ke titik jatuh melainkan arahnya melengkung. "Partikel matahari itu partikel bermuatan dan ledakan membawa medan magnetik matahari, yang pengaruhi medan magnetik Bumi dan medan magnetik matahari. Interaksinya kalau medan magnetik matahari selatan dan Bumi ke utara bisa menimbulkan semacam celah di lapisan magnet bumi. Celah itu yang kemudian akan menyebabkan partikel bermuatan matahari masuk ke atmosfer Bumi," paparnya.
Pada bulan-bulan akhir 2012 ini, kalau pun terjadi ledakan di matahari, umumnya tidak terlalu kuat. Matahari mempunyai siklus aktivitas yang digerakkan dinamika magnetik matahari. Garis-garis daya magnetik matahari senantiasa meningkat kompleksitasnya.
Pada puncaknya, kompeksitas magnetik semakin meningkat. Saat itu medan magnetik makin ruwet sehingga potensi ledakan makin kuat dan semakin sering. Siklus matahari ini rata-rata 11 tahun-an, namun kenyataannya terjadi 9-12 tahun.
"Aktivitas matahari sebelumnya pada 2000, lalu diperkirakan puncak berikutnya 2012. Tapi setelah pengamat siklus mengamati lagi, perkiraaan aktivitas matahari pada pertengahan 2013. Saat matahari meningkat aktivitasnya, medan magnetik menuju situasi kompleks sehingga kejadian ledakan matahari semakin sering. Sekarang ini belum pada tingkat perlu diwaspadai terkait dengan aktivitas satelit dan komunikasi radio akibat badai matahari," tutur Djamaluddin.

Peneliti Amerika Serikat (AS) melansir peringatan badai geomagnetik akibat kilatan matahari yang terbesar dalam empat tahun. Namun Lapan mempunyai pendapat lain. Kilatan yang terjadi Selasa (15/2) lalu tidak terlalu signifikan.
"Iya, kita memantau juga tapi dari data kita tidak terlalu besar ya, masih biasa saja" kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antarika Lapan Sri Kaloka saat berbincang dengan detikcom, Kamis (18/2/2011).
Menurutnya, jika kilatan tersebut tergolong besar dan berdampak pada bumi, maka pihaknya akan menginformasikan kepada publik. "Kita akan beri peringatan kalau memang itu akan berdampak kepada bumi," katanya.
Sri Kaloka mengatakan, dalam dunia astronomi, kilatan matahari tersebut biasa disebut flare atau bisa juga disebut lontaran massa korona (CME). Kilatan-kilatan ini sering sekali terjadi di matahari.
"Itu memang sering terjadi di matahari ya, ada yang besar dan ada yang kecil," kata Sri Kaloka. Menurutnya, lontaran matahari terbesar biasa terjadi dalam siklus 11 tahun sekali. Terakhir terjadi pada tahun 2000-an.
"Waktu itu kita belum terlalu berasa dampaknya karena handphone di Indonesia juga belum sebesar ini kan. Tapi di Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang, dampaknya sudah sangat terasa waktu itu," katanya.
Menurutnya, kilatan matahari terbesar selanjutnya akan terjadi pada tahun 2013 atau 2014. "Dulu diprediksi tahun 2012 karena pada tahun 2008, titik-titik matahari sudah mulai naik dan puncaknya pada tahun 2011. Makanya ada isu kiamat itu lho," kata Sri Kaloka.
"Tapi dari hasil pengamatan, titik matahari belum banyak muncul sampai sekarang, jadi sepertinya akan bergeser sekitar tahun 2013 atau 2014." kata Sri Kaloka.
Menurutnya, saat kilatan terjadi, matahari sebenarnya sedang melontarkan partikel, ion, proton, dan juga medan magnet. Jika lontaran partikel magnet tersebut besar, artinya jumlah partikel magnet banyak dengan kecepatan tinggi, maka akan terjadi badai yang biasa disebut badai magnet atau geomagnetik.
"Kalau kecepatannya biasa saja ya bukan badai. Sama saja dengan angin, kalau kecepatannya biasa saja ya rasanya enak, tapi kalau kencang, namanya badai. Di matahari begitu juga," kata Sri Kaloka.
Selain listrik, badai matahari tersebut juga bisa menggangu satelit komunikasi di luar angkasa. Jika partikel magnet tersebut mengenai satelit, maka akan menggangu power supply sehingga menyebabkan satelit tersebut mati.
"Nah, jadinya akan mengganggu komunikasi di bumi," katanya.
Sri Kaloka mengatakan, badai matahari ini memang tidak mengancam jiwa manusia secara langsung. Namun sangat mungkin mengganggu sistem global positioning system (GPS) yang biasa terdapat di pesawat.
"Ini juga bisa mengganggu akurasi GPS di dalam pesawat dan sistem GPS di mana saja. Makanya kita juga sudah ada koordinasi dengan PT Angkasa Pura untuk peringatan seperti ini. Kalau ada yang mengganggu, kita akan sampaikan karena ini bisa membahayakan," katanya.
Badai magnet juga bisa mengganggu sistem navigasi pada burung-burung. "Burung-burung yang terbang bisa terganggu sistem navigasinya, jadi kalau ada burung-burung yang dipakai untuk mengirim pesan, bisa saja tersesat akibat badai magnet ini," katanya.

No comments:

Post a Comment

Untuk kemajuan blog ini, kami akan sangat berterima kasih jika anda memberikan komentar

Kategori Post

Aircraft (1) akselerograf terbaru amg (1) aktivitas pengamatan (2) aktivitas pengamatan awan (1) AMG (2) AMG 2011/2012 (1) angin (1) angkatan 2009 (1) Astronomi (1) awan (1) awan konvektif (2) badai guntur (1) badai matahari (1) Base Cloud (1) Bayong Tjasyono (1) Berita Synop Awan (1) bhakti sosial (1) BMKG (1) Boing Boing (1) Bulan kedua (1) catasthrophists vs. uniformists (1) cerpen (1) continous rain (1) cuaca (6) curah hujan (1) Dharma Wanita Persatuan BMKG (1) down draft (1) drizzle (1) Dunia (1) Ekinoks (1) Elektrometeor (1) endapan (1) endapan beku (1) english corner (2) fenomena cuaca (1) fisika atmosfer (1) fixists vs mobilists (1) fog (1) Fotometeor (1) free download (1) freezing drizzle (1) Funnel Cloud (1) Geokontroversi (1) Geologi (2) gerak semu matahari (1) Gerak Udara (1) GPS (2) gumpalan es (1) gusty (1) Hail (1) hari kulminasi matahari (1) hari ozon (1) Hari Tanpa Bayangan (1) haze (1) High Cloud (1) hujan (2) humor (1) hydrometeor (2) idiom (1) ikan salmon (1) iklim (1) Info Iptek AMG (6) Info Iptek Dunia (8) info lomba (3) Info meteorologi (5) Inspirasi (1) intensitas thunderstorm (1) intermitten rain (1) Iptek Amg Online (5) iptek dan jurnalistik (2) jaringan observasi sinoptik (1) jenis hujan (1) jenis thunderstorm (1) Kasubbag Administrasi Akademik dan Ketarunaan (1) keadaan cuaca (1) keadaan tanah (1) kelembaban udara (1) kimia (1) kimia atmosfer (1) kisah penempatan (1) kura-kura (1) LAPAN (4) laut (1) lingkup pengamatan (1) lokasi thunderstorm (1) Low Cloud (1) Ltometeor (1) Massa Udara (1) medan magnet (1) Medium Cloud (1) mengenal lebih dekat (1) meteorologi (12) meteorological observation network (1) mist (1) mop papua (1) motivation story (1) neptunists vs. plutonists (1) observasi cuaca (1) observasi sinoptik meteorologi (7) observasi synop dekat permukaan (1) observasi synop jauh dari permukaan (1) observasi synop permukaan (1) ospek (1) ospek dan madabintal (1) Output Pengamatan Awan (1) ozon (1) past weather (1) pelangi (1) pembentukan thunderstorm (1) Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (4) Penempatan Tugas (1) pengabdian (1) pengalaman (1) Pengamatan awan (2) Pengamatan cuaca (3) pengamatan observasi sinoptik (3) pengamatan sinopik (2) pengamatan synop (1) Pengertian awan (1) pengertian pengamatan (1) pengertian thunderstorm (1) penguapan (1) Pengumuman (1) penyematan (1) penyinaran matahari (1) peristiwa alam (1) Pertumbuhan Awan (1) peta magnetik (1) prec in sight (1) present weather (1) Profil (6) profil taruna (1) puisi (1) radiasi matahari (1) rain (1) reaksi kimia (1) Sains (1) sains atmosfer dan iklim (4) Satelit (1) satelit temporer (3) sekilas kampus (1) semangat (1) sensor magnet (2) Ship (1) shower rain (1) skala beaufort (1) smoke (1) Squall (1) stasiun pengamatan meteorologi (1) story (1) Suhu Awan (1) suhu udara (1) Surface (1) Taruna AMG (1) tekanan udara (1) thunderstorm (1) tornado (1) Troposfer (1) tugas akhir (1) tugas observer (1) turbulence (1) unsur cuaca (1) unsur-unsur meteorologi (1) violent (1) visibility (1) waktu pengamatan sinoptik (1) water spout (1) weather (2) wind shear (1) WMO (2) Wujud awan (1) young Earth vs. old Earth (1)